TGK AHMAD DEWI
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُTgk ahmad dewi memliki nama asli Ahmadullah sedang kan nama Dewi sendiri berasal dari nama ibu nya, maka dari itu beliau di panggil tgk Ahmad dewi karena paras nya yang sangat mirip dengan ibu nya. Beliau lahir pada tanggal 19 januari 1951, di dusun bantayan desa kampung kede kecamatan darul aman Kab. Aceh timur.
Tgk Ahmad dewi adalah putra dari pasangan teungku Muhammad Husein dan dewi yang berasal peudagee sumatra utara, sedangkan ayah nya berasal dari desa meunasah kumbang kec : syamtalira, Aron, Aceh utara.
* PENDIDIKA
sekolah formal yang sempat ditempuh oleh tgk ahmad dewi adalah madrasah ibtidaiyah idi cut, kemudian beliau melnjutkan pendidikannya di dayah (MTI) madrasah tarbiah islamiyah matang geutoe idi cut,pada tahun 1964.yang dipimpin oleh seorang ulama karismatik aceh TGK. H. MUHAMMAD THAIB. di dayah ini lah tgk ahmad dewi di asuh oleh abu saleh (pakcik tgk ahmad dewi) yang juga menjadi guru di dayah (MTI). abu saleh di kenal sebagai kader militan yang kerab berurusan dengan aparat keamanan di era soeharto.
Tgk Ahmad Dewi juga sempat menuntut ilmu di sebuah pesantren yang dipimpin oleh Tgk. H. Sofyan di Matang Kuli, sekitar tahun 1968 sampai 1970, setelah itu ia kembali ke Idi Cut. Saat itu dayah MTI tidak aktif lagi setelah meninggalnya Tgk.H. Muhammad Thaib (w. 1968), dan kiblat pendidikan di Idi Cut telah beralih ke Dayah Darussa’dah Idi Cut di bawah pimpinan Tgk. H. Abdul Wahab. Pada masa ini Tgk. Ahmad Dewi juga sempat belajar pada Tgk. H. Abdul Wahab Idi Cut sambil bekerja mencari nafkah.
Faktor kesulitan ekonomi menuntut Ahmad Dewi untuk bekerja sambil belajar diusianya yang masih belia (sekitar 19 tahun). Ia memanfaatkan potensi diri dan bakat oratornya dengan bekerja sebagai pedagang obat kaki lima. Bagi Ahmad Dewi, berdagang obat juga media berdakwah, maka ia berkeliling Aceh sambil berdagang obat dengan tetap menjadikan dayah sebagai tempat domisilinya. Oleh karena itu, ia tetap menjadi santri dayah Idi Cut (Darussa’dah) dan Matang Kuli sebab ia bolak-balik melakukan perjalanan antara dua daerah ini.
Suatu kali dalam tahun 1973, pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya, Samalanga berkunjung ke Matang Kuli. Kunjungan ini memang kerap dilakukan Tgk. H. Abdul ‘Aziz (biasa disapa Abon Samalanga) karena Tgk. H. Sofyan (pimpinan dayah Matang Kuli) merupakan salah seorang murid Abon Samalanga. Keberadaan Teungku Ahmad Dewi muda menarik perhatian Abon setelah beliau tahu bahwa Ahmad Dewi adalah cucu Abu Meunasah Kumbang. Sejak saat itu Teungku Ahmad Dewi pun nyantri di Samalanga karena diajak oleh Abon untuk belajar di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.
Baru setahun belajar di Samalanga Teugku Ahmad Dewi telah menemukan jati dirinya dan, menentukan arah perjuangannya. Bakat orasi dan kapasitas keilmuannya semakin terasah di bawah bimbingan Abon Samalanga. Masa-masa belajar di Samalanga merupakan masa pembentukan karakter dirinya sebagai da’i kritis. Sambil belajar, Teungku Ahmad Dewi kerap diundang memberi pengajian dan ceramah di meunasah-meunasah Kecamatan Samalanga dan sekitarnya. Di sinilah popularitas Teungku Ahmad Dewi sebagai da’i bermula.
*MASA BERKIPRAH
Postur tubuh yang tinggi tegak, wajah yang tampan dan bakat orasinya menarik perhatian masyarakat,Ditambah dengan gaya penampilannya yang menarik, maka tidak heran jika dalam tempo singkat ia telah dikenal sebagai da’i yang memukau. Di sisi lain, darah ulama yang mengalir di tubuhnya dan latar belakang kependidikan di dayah terbesar Aceh (MUDI Mesjid Raya) memberinya legitimasi dan garansi keilmuan sebagai ulama yang patut menjadi rujukan bagi masyarakat. Ia diundang berdakwah ke seluruh daerah di Aceh, dan dakwahnya selalu dipadati pengunjung yang massanya berjumlah puluhan ribu. Ia menjelma menjadi publik figur yang ceramahnya ditunggu-tunggu masyarakat.
*Meninggalnya Tgk. Ahmad Dewi
Pada hari Sabtu, 1 Maret 1991 pukul 09.00 wib, Tgk. Ahmad Dewi menerima surat dari abangnya Tgk. Muhsinullah. Ia diminta segera menjenguk abangnya yang sedang ditahan pasukan TNI di Tank Batre, Desa Alue Ie Mirah. Tgk. Ahmad Dewi berangkat dengan mengendarai mobil Chevrolet bersama supir bernama Asnawi.
Pada waktu itu Aceh berstatus siaga, Operasi Jaring Merah dilancarkan di Aceh. Sejak kepergian hari itu, Teungku Ahmad Dewi tidak pernah muncul lagi di atas podium meyuarakan tegaknya syariat Islam di Aceh.
Walaupun Teungku Ahmad Dewi telah tiada, pengikut-pengikut setianya selalu memperjuangkan agar di Aceh diberlakukan syariat Islam. Akhirnya pemerintah mengumumkan pemberlakuan syariat Islam di bumi Serambi Mekkah ini. Namun Teungku Ahmad Dewi sebagai tokoh pelopor pemberlakuan syariat Islam di Aceh, sampai hari ini tidak diketahui di mana kuburannya.
Tgk Ahmad Dewi meniggalkan seorang isteri dan tiga orang anak, Fatahillah, Fatimah Dewi, dan Abdul Aziz yang kala peristiwa penculikan itu masih tiga bulan dalam kandungan. Nama Abdul ‘Aziz merujuk kepada nama guru beliau di Samalanga (Abon ‘Abdul ‘Aziz Samalanga). Tgk. Ahmad Dewi telah mewasiatkan nama ini sebelum kepergiannya. Beliau berpesan kepada isterinya, jika anaknya laki-laki agar diberi nama ‘Abdul ‘Aziz.
Nah itulah riwayat singkat tgk ahmad dewi..
wassalam.....